Setting Product Strategi Manajemen Pemasaran
A. Strategi Produk
Strategi Produk dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, strategi produk baru dimaksudkan mempengaruhi konsumen agar mencoba produk. Dalam jangka panjang, strategi produk dirancang untuk mengembangkan kesetiaan kepada merek dan mendapatkan pangsa pasar yang besar.
Aspek yang paling menentukan dalam merancang strategi produk melibatkan analisis hubungan konsumen-produk. Artinya afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen berkait produk dan lingkungan harus dipertimbangkan dengan cermat dalam memperkenalkan produk baru dan harus dipantau sepanjang siklus hidup sebuah produk. Pada bagian ini pertama-tama akan dikaji beberapa ciri khas personal konsumen yang mempengaruhi pemakaian produk , lalu diperiksa beberapa ciri khas produk yang mempengaruhi proses pemakaian.
Permasalahan strategi produk
Afeksi dan Kognisi Produk
a. Kepuasan/Ketidakpuasan
Konsumen adalah konsep yang paling menentukan dalam pemikiran pemasaran dan riset konsumen. Secara teori, konsumen yang merasa puas denga produk, jasa, atau merek kemungkinan besar akan terus membelinya dan memberitahukan kepada yang lain perihal pengalaman-pengalaman menyenangkan yang dirasakannya dengan produk, jasa, atau merek tersebut. Bila tidak puas kemungkinan besar konsumen akan berganti produk atau merek dan mengadukan keluhan kepada produsen barang, pengecer dan konsumen lain.
Ekspetasi prapembelianadalah kepercayaan konsumen perihal kegunaan yang diharapkan dari sebuah produk. Persepsi pascapembelian adalah pemikiran konsumen perihal daya guna produk. Diskonfirmasi merujuk pada perbedaan diantara keduanya. Ada tiga diskonfirmasi , pertama diskonfirmasi positif terjadi saat daya guna produk lebih baik dari pada yang diharapkan. Situasi ini dianggap menimbulkan kepuasan atau tingkat pemenuhan yang menyenangkan. Kedua, diskonfirmasi negatif terjadi pada saat daya guna produk lebih rendah daripada yang diharapkan. Situasi ini dianggap menimbulkan ketidakpuasan. Ketiga, diskonfirmasi netral terjadi saat persepsi kedayagunaan hanya sekedar memenuhi ekspetasi saja, entah konsumen puas atau tidak dalam hal ini tergantung pada variabel-variabel lain, misalnya tingkat ekspetasi dan tingkat kegunaan.
Perilaku Produk
a. Interaksi dengan produk
Konsumen dapat berinteraksi dengan produk dan merasakan pengalaman dengannya dengan berbagai cara. Barangkali konsumen menerima sampel gratis lewat pos atau diletakkan pada pintu rumahnya atau diberi sampel toko, meminjam produk dari teman dab menggunakannya ,menerima produk sebagi hadiah, atau hany asekedar melihat orang lain menggunakan produk dan mengalaminya sebagai teladan.
b. Kesetiaan kepada Merek/Pencarian Selingan
Kesetiaan kepada merek merupakan komitmen intrinsik untuk berulang kali membeli merek tertentu saja. Kesetiaan kepada merek berbeda dengan mengulang perilaku pembelian sebab perilaku yang disebut terakhir ini hanya berfokus kepada ktindakan perilaku yang tidak lada hubungannya dengan sebab-sebab respon kebiasaan.
Pencarian selingan merupakan komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda-beda dikarenakan faktor seperti stimulasi yang terlibat dalam menjajal merek yang berbeda, rasa ingin tahu, kebaruan, atau mengatasi kebosanan terhadap barang lama yang itu-itu saja. Pencarian selingan merupakan antitesis kestiaan kepada merek, karena perilaku pembelian konsumen berbeda dan komitmen kognitif terhadap pembelian bertolak belakang dengan komitmen pembelian terhadap pembelian kesetiaan kepada merek. Pencarian selingan juga dibedakan dari perilaku bermacam-macam yang merupakan turunan(derived varied behaviour) karena perilaku ini tidak melibatkan perilaku yang termotivasi secara intrinisik. Perilaku bermacam-macam yang merupakan turunan di akibatakan oleh stimulus eksternal di lingkungan, sebagai contoh sebuah toko kehabisan stok merek tertentu atau ada penawaran menarik untuk merek lain.
Lingkungan Produk
a. Atribut Produk
Produk atau atribut produk adalah stimulus utama yang mempengaruhi efeksi, kognisi, dan perilaku ,konsumen. Konsumen mengevaluasi atribut-atribut tersebut dalam hubungannyadengan nilai, kepercayaan, dan pengalamannya sendiri diwaktu lampau. Pemasaran dan informasi lain juga mempengaruhi pembelian dan penggunaan produk akan memuaskan atau tidak.
b. Pengemasan
Pengemasan merupakan unsur lingkungan produk yang menghabiskan miliaran dolar belanja pemasar setiap tahunnya. Ada empat tujuan pengemasan yang dipertimbangkan. Pertama, pengemasan harus melindungi produk saat berpindah melalui saluran ke konsumen. Kedua, pengemasan harus ekonomis dan tidak menambah biaya yang tidak semestinya terhadap produk. Ketiga, pengemasan harus memungkinkan produk mudah disimpan dan digunakan oleh konsumen. Keempat, pengemasan dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mempromosikan produk kepada konsumen.
Ukuran kemasan tidak hanya mempengaruhi pilihan konsumen, tetapi juga kekerapan penggunaan sebuah produk dalam kesempatan tertentu. Pada umumnya, konsumen percaya semakin besar ukuran kemasan semakin rendah biaya satuan, sehingga konsumen rela menggunakan isinya dengan lebih leluasa daripada kemasan yang lebih kecil.
Selain bentuk kemasan, warna juga dianggap mempunyai dampak pentingterhadap afeksi, kognisi,dan perilaku konsumen. Dampak ini bukan sekedar menarik perhatian konsumen menggunakan warna-warna mencolok. Sebaliknya dikatakan bahwa warna mkemasan berkonotasi dengan makna bagi konsumen dan dapat dimanfaatkan secara strategis.
Identifikasi merek dan juga label pada kemasan memberikan stimulus tambahan untuk dipertimabangkan oleh konsumen. Dalam banyak hal identifikasi merek menyederhanakan pembelian bagi konsumen dan memungkinkan terjadinya proses pengembangan kesetiaan. Informasi label meliputi petunjuk penggunaan, kandungan isi, daftar bahan atau bahan baku, peringatan penggunaan dan perawatan produk. Untuk sebagian produk informasi ini dapat mempengaruhi pembelian.
B. Penetapan Strategi Produk
Karakteristik dan Klasifikasi Produk
Tingkat Produk : Hierarki Nilai Pelanggan
Dalam merencanakan penawaran pasarnya, pemasar harus melihat lima tingkat produk, setiap tingkat menambah nilai pelanggan yang lebih besar, dan kelimanya merupakan bagian dari hierarki nilai pelanggan (customer-value hierarchy)
Tingkat produk
a. Manfaat inti (core benefit): layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli pelanggan. Tamu hotel membeli “istirahat dan tidur”. Pembeli alat bor membeli “lubang”. Pemasar harus melihat diri mereka sendiri sebagai penyedia manfaat.
b. Setelah manfaat inti, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product). Maka kamar hotel meliputi tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja, lemari pakaian, dan toilet.
c. Tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan (expected product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. Tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, handuk baru, lampu yang dapat dinyalakan, dan suasana yang relatif tenang.
d. Tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan pelanggan. Di negara-negara maju, positioning merek dan persaingan terjadi pada tingkat ini. Tetapi, di pasar negara berkembang atau pasar yang berkembang seperti India dan Brazil, sebagian besar persaingan terjadi di tingkat produk yang diharapkan.
e. Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product), yang mencakup semua kemungkinan tambahan dan transfomasi yang mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini adalah tempat di mana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan penawaran mereka.
Klasifikasi Produk
Dulu pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ketahanan/durabilitas, keberwujudan, dan kegunaan (konsumen atau industri). Setiap jenis produk mempunyai strategi bauran pemasaran yang sesuai.
a. Ketahanan (durability) dan keberwujudan (tangibility)
Pemasar menggolongkan produk menjadi tiga kelompok menurut ketahanan dan keberwujudannya:
1. Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan sabun. Karena barang-barang ini sering dibeli, strategi yang tepat adalah membuat barang-barang tersebut tersedia di banyak lokasi, hanya mengenakan markup yang kecil, dan beriklan secara besar-besaran untuk mendorong percobaan dan membangun preferensi.
2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang-barang berwujud yang baisanya dapat digunakan untuk waktu lama; kulkas, alat-alat mesin, dan pakaian. Produk-produk tahan lama biasanya memerlukan penjualan personal dan jasa, menuntut margin yang lebih tinggi, dan memerlukan garansi penjual yang banyak.
3. Jasa (services) adalah produk yang tak berwujud, tak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan kendali kualitas, kredibilitas pemasok, dan kemampuan adaptasi yang lebih besar. Contohnya meliputi salon potong rambut, nasihat hukum, dan perbaikan peralatan.
b. Klasifikasi barang konsumen
1. Barang sehari-hari (convenience goods) biasanya dibeli dengan segera, dan dengan usaha minimum. Contohnya meliputi minuman ringan, sabun, dan surat kabar. Barang sehari-sehari meliputi :
a) Barang kebutuhan pokok/staples adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur.
b) Barang impuls adalah barang yang dibeli tanpa usaha perencanaan atau pencairan.
c) Barang darurat adalah barang yang dibeli ketika ada kebutuhan mendesak.
2. Barang belanja (shopping goods) adalah barang yang secara karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasarkan kecocokan, kualitas , harga, dan gaya. Barang belanja meliputi :
a) Barang belanja homogen mempunyai kualitas yang serupa tetapi harganya cukup berbeda sehingga memberikan alasan kuat bagi perbandingan belanja.
b) Barang belanja heterogen mempunyai fitur produk dan jasa yang berbeda yang mungkin lebih penting daripada harga. Penjual barang belanja heterogen menjual pilihan barang yang luas untuk memuaskan selera perorangan dan harus mempunyai wiraniaga yang terlatih dengan baik untuk memberitahu dan memberi nasihat kepada pelanggan.
3. Barang khusus (specialty goods) mempunyai karakteristik atau identifkasi merek yang unik di mana ada cukup banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus.
4. Barang yang tidak dicari (unsought goods) adalah barang yang tidak dikenal konsumen atau biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli. Barang ini tidak memerlukan adanya kegiatan promosi atau iklan.
Klasifikasi Barang Industri
a. Bahan dan suku cadang (materials and parts) adalah barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. Bahan dan suku cadang meliputi bahan mentah serta bahan dan suku cadang manufaktur.
b. Barang modal (capital items) adalah barang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan barang jadi. Barang modal mencakup instalansi (terdiri dari bangunan) dan perlatan.
c. Layanan bisnis dan pasokan (supplies and bussines services) adalah barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Ada dua macam pasokan yaitu barang pemeliharaan dan perbaikan (cat, sapu, paku, dll) dan pasokan operasi (pelumas, batu bara, kertas tulis, pensil, dll).
C. Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk
a. Bentuk, banyak produk dapat diferesiasikan berdasarkan bentuk seperti ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.
b. Fitur, sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan memvariasikan fitur (feature) yang melengkapi fungsi dasar mereka. Perusahaan dapat mengindentifikasi dan memilih fitur baru yang tepat dengan mensurvei pembeli terbaru dan kemudian menghitung perbandingan nilai pelanggan dan biaya perusahaan untuk setiap fitur potensial.
c. Penyesuaian, pemasar dapat mendiferensiasikan produk dengan menyesuaikan produk tersebut dengan keinginan perorangan.
d. Kualitas kerja, sebagian besar produk ditetapkan pada satu dari empat tingkat kinerja: rendah, rata-rata, tinggi, atau unggul. Kualitas kerja (perfomance quality) adalah tingkat di mana karakteristik utama produk beroperasi. Perusahaan harus mengelola kualitas kinerja sepanjang waktu dengan terus memperbaiki produk, sehingga perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian dan pangsa pasar yang tinggi, kegagalan melakukannya akan memberikan konsekuensi negatif.
e. Kualitas kesesuaian, pembeli mengharapkan produk memiliki kualitas kesesuaian yang tinggi, yaitu tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.
f. Ketahanan (durability), pembeli biasanya akan membayar lebih untuk produk yang tahan lama, tetapi walaupun penjual menawarkan produk yang berkualitas tinggi namun tetap dalam harga yang tidak berlebihan.
g. Keandalan, adalah ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami malfungsi atau gagal dalam periode waktu tertentu. Dengan kata lain pembeli biasanya akan membayar lebih untuk produk yang lebih dapat diandalkan.
h. Kemudahan perbaikan (repairability), adalah ukuran kemudahan perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Kemudahan perbaikan yang ideal terjadi ideal terjadi jika pengguna dapat memperbaiki sendiri produk tersebut dengan sedikit biaya dan waktu.
i. Gaya (style), gaya menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli biasanya gaya produk dibuat untuk menciptakan perbedaan dengan pesaing yang sulit untuk ditiru.
j. Desain merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan. Desain memberikan keunggulan kompetitif kepada perusahaan selain harga dan teknologi.
Diferensiasi jasa
a. Kemudahan pemesanan mengacu pada seberapa mudah pelanggan melakukan pesanan kepada perusahaan.
b. Pengiriman (delivery) mengacu pada seberapa baik produk atau jasa dibawa atau dikirim ke pelanggan. Pengiriman meliputi kecepatan, akurasi, dan perawatan sepanjang proses.
c. Instalasi mengacu pada pekerjaan yang dilakukan untuk membuat produk beroperasi di lokasi yang direncanakan.
d. Pelatihan pelanggan mengacu pada pelatihan karyawan untuk memberikan pengetahuan kepada konsumen untuk menggunakan peralatan pemasok dengan benar dan efisien.
e. Konsultasi pelanggan mengacu pada data, sistem informasi, dan layanan nasihat yang ditawarkan penjual kepada pembeli.
f. Pemeliharaan dan perbaikan menggambarkan program layanan untuk membantu pelanggan untuk mempertahankan produk yang dibeli dalam kondisi baik.
g. Pengembalian, salah satu strategi pengembalian dasar yang dapat diterapkan perusahaan adalah berusaha menghilangkan akar penyebab pengembalian yang dapat dikendalikan sementara pada saat yang sama mengembangkan proses penanganan untuk pengembalian produk yang tidak dapat dikendalikan.
D. Hubungan Produk dan Merek
Setiap produk dapat dihubungkan dengan produk lain untuk memastikan bahwa perusahaan menawarkan dan memasarkan kumpulan produk yang optimal.
Hirarki Produk
Hirarki produk membentang dari kebutuhan dasar sampai barang tertentu yang memuaskan kebutuhan tersebut. Kita dapat mengindentifikasi 6 tingkat hirarki produk :
1. Keluarga kebutuhan (need family), kebutuhan inti yang mendasari keberadaan keluarga produk, contohnya keamanan.
2. Keluarga produk (product femeily), semua kelas produk yang dapat memuaskan kebutuhan inti dengan efektifitas yang masuk akal, contohnya : tabungan dan pengahasilan.
3. Kelas Produk (product clas), keluarga produk yang di dalam keluarga produk yang dikenal memiliki fungsional tertentu yang koheren. Dikenal juga sebagai kategori produk, misalnya instrument keuangan.
4. Lini Produk (product line), kelompok produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat karena mempunyai fungsi yang serupa, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui gerai atau saluran yang sama, atau masuk dalam kisaran harga tertentu, contohnya : asuransi jiwa.
5. Jenis produk (product type), sekelompak barang di dalam lini produk yang berbagi satu dari beberapa kemungkinan bentuk produk, contohnya asuransi jiwa berjangka.
6. Barang (item), disebut juda unit penyimpanan stok. Uni yang berada dalam lini produk atau merek yang dibedakan berdasarkan ukuran, harga, tampilan, atau beberapa atribut lain, contohnya : asuransi jiwa berjangka yang dapat diperbaharui.
E. Pengemasan, Pelebelan, Jaminan, dan Garansi
Sebagian besar produk fisik harus dikemas dan diberi lebel. Banyak pemasar menyebut pengemasan (packaging) sebagai P ke-lima, beserta harga (price), produk (product), tempat (place), dan promosi (promotion). Meskipun demikian, sebagian besar pemasar memerlukan pengemasan dan pelebelan sebagai elemen strategi produk. Jaminan dan garansi juga dapat menjadi bagian penting strategi produk, yang sering tampil dalam kemasan.
1. Pengemasan
Pengemasan (packaging) disifinisikan sebagai semua kegiatan menrancang dan memproduksi wadak untuk sebuah produk. Kemasan dapat mencapai sampai tiga tingkat bahan. Misanya sebuah produk dikemas dalam botol (kemasan primer), botol diletakkan dalam kotak kerdus (kemasan sekunder), di dalam kardus yang bergelombang (kemasan pengiriman) yang berisi enam lusin.
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama yang dihadapi oleh pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Kemasan juga mempengaruhi pengalaman produk konsumen dikemudian hari. Beberapa factor mempeunyai kontribusi terhadap semakin banyaknya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran.
Dari perspektif perusahaan dan konsumen, kemasan harus mencapai sejumlah tujuan :
1). Menindentifikasi merek.
2). Mengekspresikan informs deskriftif dan persuasive.
3). Memfasilitasi transportasi dan perlindungan produk.
4). Membantu penyimpanan di rumah.
5). Membantu konsumsi produk.
2. Pelebelan
Lebel bisa berupa gantungan sederhana yang ditempelkan pada produk, atau gambar yang dirancang secara rumit dan menjadi bagian dari kemasan. Lebel bisa membawa merek saja, atau sejumlah besar informasi. Bahkan jika penjual memilih lebel sederhana, hokum mungkin mensyaratkan lebih banyak. Lebih melaksanakan beberapa fungsi :
a. Lebel mengindentifikasi produk atau merek, misalnya nama suncist yang dilekatkan pada jeruk, dll.
b. Lebel dapat mempromosikan produk melalui grafis yang menarik. Teknologi baru memungkinkan lebel dibungkus-susutkan 360 derajat untuk membungkus wadah dengan grafis yang terang dan mengakomodasi informasi produk yang lebih banyak pada konsumen, mengganti lebel kertas yang dilekatkan pada kaleng dan botol.
3. Jaminan dan Garansi
Semua penjual bertanggung jawab secara hokum untuk memenuhi harapan normal atau rasional pembeli. Jaminan (warrenties) adalah pernyataan resmi kinerja produk yang diharapkan oleh produsen. Produk dengan jaminan dapat dikembalikan kepada produsen atau dibawa ke pusat perbaikan untuk diperbaiki, diganti, atau dikembalikan uangnya. Baik tertulis maupun tersirat, jaminan tunduk pada hukum.
Ciri Khas Produk
Dalam menganalisis hubungan konsumen-produk, penting pula dipertimbangkan ciri-ciri khas produk. Sejumlah ciri khas tersebut diketahui mempengaruhi keberhasilan produk dan merek baru. Tidak ada garis batas yang jelas, tetapi beberapa dimensi memang lebih terlibat langsung dengan fasilitasi uji coba, sedangkan dimensi-dimensi lain memfasilitasi uji coba sekaligus mendorong kesetiaan kepada merek. Masing masing ciri khas tersebut akan dibahas lagi nanti.
a. Kecocokan. Kecocokan merujuk kepada sejauh mana sebuah produk sesuai dengan afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen saat ini. Hal-hal yang lain boleh sama, sebuah produk yang tidak membutuhkan perubahan penting dalam nilai dan kepercayaan konsumen atau perilaku pembelian dan penggunaanya, kemungkinan besar akan dijajal oleh konsumen. Contohnya, permen karet kunyah Chewels-permen karet dengan bagian tengah yang cair-membutuhkan sedikit perubahan di pihak konsumen untuk menjajal produk tersebut.
b. Keterujian (Trialability). Keterujian merujuk kepada sejauh mana sebuah produk dapat diuji coba secara terbatas atau dipecah menjadi beberapa kuantitas kecil untuk uji coba yang tidak mahal. Hal-hal yang lain boleh sama, sebuah produk yang memfasilitasi uji coba tanpa harus membeli atau uji coba dengan pembelian terbatas lebih besar kemungkinananya akan memengaruhi konsumen untuk mencoba produk tersebut. Uji menyetir sebuah mobil (test-drive), mencoba mengenakan sebuah sweter, mencicipi potongan piza beku baru dalam ukuran sekali gigit, menyetujui uji coba paket peranti lunak baru, atau membeli sebotol sampo baru ukuran sampelmerupakan cara konsumen dapat menjajal produk secara terbatas dan mengurangi risiko.
c. Keteramatan (Observability). Keteramatanadalah sejauh mana produk atau pengaruhnya dapat dirasakan oleh pancaindra konsumen. Produk baru yang dikenal oleh semua orang dan sering dibicarakan lebih besar kemungkinannya untuk cepat dipakai. Contohnya, banyak gaya pakaian yang menjadi populer setelah konsumen menonton film dan mencatat para bintang yang mengenakanya. Antena berbentuk panci itu sangat mencolok mata, dan penampilanya yang kemungkinan besar memengaruhi pembelianya.
d. Kecepatan .kecepatan merujuk kepada seberapa cepatkah konsumen merasakan manfaat produknya. Karena banyak konsumen berorientasi kepada kepuasan langsung dari pada tertunda, produk yang mampu memberikan manfaat lebih cepat daripada nanti memiliki probabilitas lebih besar untuk setidak-tidaknya dicoba oleh konsumen.
e. Kesederhaan. Kesederhanaan merujuk pada sejauh mana kemufadahan produk untuk dimengerti dan digunakan oleh konsumen .hal-hal yang tidak boleh sama, sebuah produk yang tidak membutuhkan perakitan rumit dan pelatihan konsumen yang ekstensif lebih besar peluangnya untuk dicoba.
f. Keuntungan Kompetif.Keuntungan kompetif adalah sejauh mana sebuah barang memiliki keuntungan kompetitif berkelanjutan melebihi kelas-kelas produk, bentuk-bentuk produk, dan merek-merek lainnya. Tidak disangsikan bahwa keuntungan relatif merupakan ciri khas produk yang paling penting, bukan hanya untuk mendapatkan uji coba melainkan juga untuk mendorong pembelian berlanjut dan mengembangkan kesetiaan kepada merek.
g. Simbolisme Produk. Simbolisme produk merujuk kepada arti produk atau merek bagi konsumen, pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya. Periset konsumen menyadari ada produk tertentu yang memiliki ciri simbolis, bahwa konsumsi produk bersimbolis itu lebih tergantung pada makna sosial dan psikologis daripada utilitas fungsionalnya
F. Tahapan strategi produk
1. Strategi Penetapan Harga
Strategi penetapan harga ditentukan oleh keputusan manajemen tentang bauran produk, kualitas produk, dan merek produk. Strategi distribusi juga mempengaruhi pilihan mengenai bagaimana harga akan berhasil di dalam kombinasi strategi periklanan dengan armada penjualan. Strategi penetapan harga mempengaruhi keputusan elemen bauran pemasaran lainnya. Karena, harga itu sendiri merupakan salah satu elemen bauran pemasaran.
Dalam prosesnya strategi penentapan harga berlangsung penentuan tujuan, analisis situasi, pemilihan strategi, penentuan harga khusus dan kebijakan. Banyak bisnis menggunakan strategi penetapan harga untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Hal tersebut, ialah untuk mendapatkan posisi pasar, mencapai kinerja keuangan, penentuan posisi produk, dan mempengaruhi persaingan.
Selain demikian dua kecenderungan pun hadir dalam penggunaan harga sebagai variabel strategis. Pertama, bisnis merancang harga secara fleksibel untuk mengatasi perubahan dan ketidakpastian. Kedua, harga seringkali digunakan sebagai elemen strategis bisnis dan pemasaran secara aktif. Analisis terhadap situasi penetapan harga dilakukan untuk mengembangkan strategi terhadap kurva lini produk atau memilih strategi penetapan harga terhadap suatu produk maupun merek baru.
2. Penetapan Merek
Kepemilikan citra yang kuat memberikan beberapa keuntungan bagi suatu bisnis. Citra merek mampu membedakan produk kita dengan produk pesaing. Keunggulan bersaing pun tercipta dan merek yang dikenal konsumen mendorong terjadinya pembelian ulang.Strategi pemberian merek dapat dilakukan dalam upaya mendukung pembentukan citra merek yaitu dengan cara mengadakan perjanjian penempatan merek pada produk-produk yang dibuat. Strategi merek bisnis menjadi alternatif yang dilaksanakan dengan cara membangun identitas merek menggunakan nama bisnis sebagai identifikasi seluruh produk yang ditawarkan.
3. Strategi Distribusi
Customers service melayani aktifitas-aktifitas permohonan spesifikasi produk, permohonan rincian, pemrosesan pembelian, penyelidikan status pesanan, dan layanan garansi.Pengelolaan customers service penting dipandang sebagai bagian strategi pemasaran. Berkaitan dengan hal itu, perlu dijelaskan proses internal yang mempengaruhi layanan konsumen, menetapkan tujuannya, mengembangkan dan mengelola penyediaan dan memberikan tanggung jawab untuk melaksanakannya. Customers service dapat meningkatkan nilai perusahaan.
4. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input.
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. (2000). Marketing manajemen, the millennium edition, engelwood cliff, new jersey : prentice-hall