MANAJEMEN KONFLIK II Manajemen Pengantar
MANAJEMEN KONFLIK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
MANAJEMEN KONFLIK
BAB 2. PEMBAHASAN
A. DEFINISI KONFLIK
B. JENIS-JENIS
KONFLIK
C. METODA-METODA
PENGELOLAAN KONFLIK
1. Metoda Stimulasi Konflik
2. Metoda Pengurangan Konflik
3. Metoda Penyelesaian Konflik
D. KONFLIK
STRUKTURAL
E. KONFLIK LINI DAN
STAF
a. Pandangan Lini
b. Pandangan Staf
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN
MANAJEMEN KONFLIK
Bagian pengarahan dan
pengembangan organisasi tidak lengkap tanpa pembahasan manajemen konflik. Penyebab-penyebab terjadinya konflik yang
biasanya timbul dalam organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Komunikasi:
salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti,
atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang
tidak konsisten.
2.
Struktur:
pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau
sistem penilaian yang bertentangan, persaingan yang merebutkan sumber
daya-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih
kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3.
Pribadi:
ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan
perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai
atau persepsi.
Karakteristik-karakterisitik
kepribadian tertentu, seperti otoriter atau dogmatis juga dapat menimbulkan
konflik.
BAB 2. PEMBAHASAN
A. DEFINISI KONFLIK
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam
interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik
organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau
kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka
harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan
kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,
tujuan, nilai atau persepsi.
Perbedaan konflik dan persaingan terletak pada
apakah salah satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain
dalam pencapaian tujuannya. Persaingan ada apabila tujuan-tujuan pihak-pihak
yang terlibat adalah tidak sesuai tetapi pihak-pihak tersebut tidak dapat
saling mengganggu.
Disisi lain kooperasi terjadi bila dua atau lebih
pihak bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Konflik dan kooperasi dapat
terjadi bersamaan.
v Perubahan Pandangan Tentang Konflik
Stephen P. Robbins
telah menelusuri perkembangan ini, dengan penekanan pada perbedaan antara
pandangan internasional tentang konflik dan pandangan baru, yang sering disebut
pandangan interaksionis.
Pandangan
Lama
|
Pandangan
Baru
|
1. Konflik
dapat dihindarkan.
|
1. Konflik
tidak dapat dihindarkan.
|
2. Konflik
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan manajemen dalam perancangan dan
pengelolaan organisasi atau oleh pengacau.
|
2. Konflik
timbul karena banyak sebab, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan
yang tidak dapat dihindarkan, perbedaan dalam persepsi dan nilai-nilai
pribadi dan sebagainya.
|
3. Konflik
mengganggu organisasi dan menghalangi pelaksanaan optimal.
|
3. Konflik
dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam berbagai
derajat.
|
4. Tugas
manajemen adalah menghilangkan konflik.
|
4. Tugas
manajemen adalah mengelola tingkat konflik dan penyelesaiannya.
|
5. Pelaksanaan
kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan penghapusan konflik.
|
5. Pelaksanaan
kegiatan organisasai yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat.
|
Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional ataupun berperan salah
(dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai
potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi
tergantung pada bagaiman konflik tersebut dikelola. Segi fungsional konflik
antara lain:
1.
Manajer
menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik.
2.
Lebih
mempersatukan para anggota organisasi.
3.
Manajer
mungkin menemukan cara perbaikan presentasi organisasi
4.
Mendatangkan
kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi.
5.
Penggantian
manajer yang lebih cakap, bersemangat, dan bergagasan baru.
Tetapi bagaimanapun
juga, konflik mungkin akan berperan salah. Sebagai contoh, kerjasama antar
manajer dapat rusak, membuat sulitnya koordinasi kegiatan-kegiatan organisasi.
Hubungan antar
konflik dan prestasi kerja organisasi dapat dilihat pada gambar diatas, ada
tingkat konflik optimal, yaitu tingkat konflik yang sangat fungsional, dimana
performance organisasi adalah maksimum. Bila tingkat konflik terlalu rendah,
performance organisasi bisa mengalami stagnasi. Perubahan-perubahan organisasi
terlalu lambat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan baru, dan
kelangsungan hidup organisasi terancam. Dilain pihak, bila konflik terlalu
tinggi, kekacauan dan perpecahan juga bisa membahayakan kelangsungan hidup
organisasi.
B. JENIS-JENIS KONFLIK
Ada 5 jenis
konflikdalam kehidupan organisasi:
1.
Konflik
dalam diri individu, yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidak
pastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila
berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2.
Konflik
antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan
oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya
konflik antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
3.
Konflik
antara individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi
tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok
kerjanyakarena melanggar norma-norma kelompok.
4.
Konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan
kepentingan antar kelompok.
5.
Konflik
antar organisasi, yang timbul akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem
perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan
produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan
sumber daya lebih efisien.
C. METODA-METODA PENGELOLAAN KONFLIK
Ada
tiga bentuk manajemen konflik:
1)
Stimulasi
konflik dalam satuan-satuan organisasi dimana pelaksanaan kegiatan lambat
karena tingkat konflik terlalu rendah.
2)
Pengurangan
atau penekanan konflik bila terlalu tinggi atau menurunkan produktifitas.
3)
Penyelesaian
konflik.
1. Metoda Stimulasi Konflik
Metoda stimulasi
konflik meliputi:
1. Pemasukan atau penempatan orang luar
kedalam kelompok.
2. Penyusunan kembali organisasi.
3. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan
penghargaan untuk mendorong persaingan.
4. Pemilihan manajer-manajer yang tepat.
5. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan.
2. Metoda Pengurangan Konflik
Manajer
biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada stimulasi konflik.
Metoda pengurangan konflik menekan terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh
konflik.
Dua metoda
dapat digunakan untuk mengurangi konflik. Pendekatan efektif pertama adalah
mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa
diterima kedua kelompok. Metoda efektif kedua adalah mempersatukan kedua
kelompok yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.
3. Metoda Penyelesaian Konflik
Ada
tiga metoda penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau
penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif. Metoda-metoda ini
berbeda dalam hal efektifitas dan kreatifitas penyelesaian konflik serta
pencegahan situasi konflik di masa mendatang.
a. Dominasi dan penekanan, dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
1. Kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan otokratik.
2. Penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
3. Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang
tegas.
4. Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
b. Kompromi. Melalui kompromi, manajer
mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat
diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi meliputi:
1. Pemisahan (separation), dimana
pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka mencapai
persetujuan.
2. Arbitrasi (perwasitan), dimana pihak
ketiga (biasanya manajer) diminta memberi pendapat
3. Kembali ke peraturan-peraturan yang
berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan yang tertulis
yang berlaku dan menyetujui bahwa
peraturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik.
4. Penyuapan (bribing), dimana salah satu
pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian
konflik.
c. Pemecahan masalah integratif. Dengan
metoda ini, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah
bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah.
Ada tiga jenis metoda penyelesaian konflik
integratif:
1. Konsensus, dimana pihak-pihak yang
sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik masalah
mereka, dan bukan mencari kemenangan sesuatu pihak.
2. Konfrontasi, dimana pihak-pihak yang
saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, dan
dengan kepemimpinan yang trampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian,
suatu penyelesaian konflik yang rasional sering dapat diketemukan.
3. Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih
tinggi (superordinate goals) dapat juga menjadi metoda penyelesaian konflik
bila tujuan tersebut disetujui bersama.
D. KONFLIK STRUKTURAL
Dalam organisasi klasik ada empat daerah struktural
dimana konflik sering timbul:
1.
Konflik
hirarki, yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi. Misalnya manajemen
menengah mungkin konflik dengan personalia penyelia, atau secara umum terjadi
konflik antara manajemen dan para karyawan.
2.
Konflik
fungsional, yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
3.
Konflik
lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini sering terjadi karena
adanya perbedaan-perbedaan yang melekat pada personalia lini dan staf’
4.
Konflik
formal-informal, yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.
E. KONFLIK LINI DAN STAF
Bentuk umum konflik organisasi yang sering terjadi
adalah konflik antara anggota-anggota lini dan staf. Berikut ini adalah
perbedaan pandangan para anggota lini dan staf:
a. Pandangan Lini
Para
anggota lini sering memandang para anggota staf dalam hal-hal sebagai berikut:
1.
Staf
melangkahi wewenangnya. Karena manajer garis merupakan pemegang tanggung jawab
atas hasil akhir, mereka cenderung menolak rongrongan staf atas wewenangnya.
2.
Staf
tidak memberi nasehat yang bermanfaat. Para anggota staf sering tidak terlibat
dalam kegiatan operasional harian yang dihadapi oleh para anggota lini,
sehingga saran-sarannya sering tidak terap.
3.
Staf
menumpang keberhasilan lini. Para anggota staf sering lebih dekat dengan
manajer puncak dibanding orang-orang lini, sehingga dapat mengambil keuntungan
atas posisi mereka.
4.
Staf
memiliki pandangan sempit. Para anggota staf cenderung menjadi spesialis,
sehingga mempunyai pandangan terbatas dan kurang dapat merumuskan sarannya atas
dasar kebutuhan dan tujuan organisasi keseluruhan.
b. Pandangan Staf
Para anggota staf mempunyai keluhan-keluhan yang
berlawanan tentang para anggota lini:
1.
Lini
kurang memanfaatkan staf. Manajer lini menolak bantuan staf ahli, karena mereka
ingin mempertahankan wewenangnya atas bawahan atau karena mereka tidak berani
secara terbuka mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan. Sebagai akibatnya,
staf hanya diminta bantuannya bila situasi benar-benar sudah kritis.
2.
Lini
menolak gagasan-gagasan baru. Anggota staf biasanya yang pertama berkepentingan
dengan penggunaan inovasi dalam bidang keahlian mereka. Manajer garis mungkin
menolak perubahan tersebut.
3.
Lini
memberi wewenang terlalu kecil kepada staf. Anggota staf sering merasa bahwa
mereka mempunyai penyelesaian masalah-masalah yang paling baik dalam
spesialisasinya. Oleh sebab itu, mereka kecewa bila saran-sarannya tidak
didukung dan diimplementasikan oleh manajer lini.
v Penanggulangan Konflik Lini Dan Staf
Aspek-aspek yang dapat mengurangi konflik antara
lini dan staf:
1.
Tanggung
jawab lini dan staf harus ditegaskan. Secara umum, para anggota lini
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan operasional organisasi, atau dengan
kata lain, mereka harus bebas menerima, mengubah, atau menolak saran-saran
staf. Dilain pihak, para anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila
mereka merasa hal itu diperlukan tidak hanya bila anggota lini memintanya.
2.
Mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan lini dan staf. Saran-saran staf akan lebih realistik bila
berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini dalam proses penyusunan
saran-saran mereka. Konsultasi staf-lini ini juga akan membuat para anggota
lini bersedia mengimplementasikan gagasan-gagasan staf.
3.
Mengajarkan
lini untuk menggunakan staf. Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan
keahlian staf bila mereka mengetahui kegunaan staf spesialis bagi mereka.
4.
Mendapatkan
pertanggung jawaban staf atas hasil-hasil. Para anggota lini akan lebih
bersedia melaksanakan saran-saran staf, bila para anggota staf ikut bertanggung
jawab atas kegagalan yang terjadi. Pertanggung jawaban ini juga akan membuat
para anggota staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.
KESIMPULAN
Konflik dapat terjadi dalam
organisasi apapun. Untuk itulah manajer atau pimpinan dalam organisasi harus
mampu mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi secara baik agar tujuan
organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya
konflik.
Manajemen konflik merupakan suatu
cara atau langkah yang dilakukan oleh pelaku konflik untuk mengarahkan suatu
pertentangan ke arah hasil tertentu melalui beberapa metode pengelolaan konflik
baik dengan atau tanpa pihak ketiga. Manajer atau pimpinan harus mampu
mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang
sesuai sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.Hani. 1984. ManajemenEdisi
2. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.